Teori
Agenda Setting
Teori agenda setting ditemukan
oleh Mc.Comb dan Donald L. Shaw sekitar tahun 1968. Teori ini berasumsi bahwa
media mempunyai kemampuan mentransfer isi untuk mempengaruhi agenda publik.
Teori agenda setting memiliki kesamaan dengan teori peluru yang menganggap
media mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Bedanya, teori sikap
memfokuskan pada aspek sikap pendapat, dan perilaku. Sedangkan agenda setting
memfokuskan pada kesadaran dan pengetahuan. Agenda setting merupakan proses
linear yang terdiri dari tiga bagian Pertama, agenda media itu sendiri harus
disusun oleh awak media. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi
atau berinteraksi dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya
isu, yang nantinya mempengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan
adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting
atau pembuat kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik. Oleh karena
itu, penelitian yang menggunakan model ini, harus mengkaji ketiga hal tersebut
(Kriyantono, 2006, h.224-245).
Asumsi teori agenda setting :
- Masyarakat pers dan media massa tidak
mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu.
- Konsentrasi media massa hanya pada beberapa
masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting
dari pada isu-isu lain.
Teori Uses and
Gratification
dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael
Gurevitch (1974). Teori Uses and Gratification mengemukakan bahwa “orang secara
aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan
kepuasan (atau hasil tertentu)” (West&Turner, 2010).
Teori uses and gratification merupakan lawan
dari teori peluru. Jika dalam teori peluru, khalayak dikendalikan oleh media,
maka dalam teori uses and gratification ini khalayak bisa mengontrol media.
Dalam teori ini pada dasarnya menggunakan media massa berdasar motif-motif
tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak dan saat media mampu
memenuhi kebutuhan khalayak, maka media tersebut akan disebut sebagai media
yang efektif (Kriyantono, 2006, h.208).
Asumsi dari
teori ini menurut (Katz, Blumler, & Gurevitch) dalam West & Turner
(2010) antara lain :
- Khalayak akti dalam
penggunaan medianya berorientasi pada tujuan
- Inisiatif dalam
menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada
anggota khalayak
- Media berkompetisi
dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan
- Orang mempunyai
cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat dan motif
sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan
tersebut kepada para peneliti
- Penilaian mengenai
nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak
Teori Kultivasi
Pada dasarnya, Teori Kultivasi pertama kali di kemukakan oleh
George Gerbner bersama rekan-rekannya di Amenberg School of Communication di
Pennsylvania pada tahun 1969, dalam sebuah artikel yang berjudul “the
television of violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya
televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori kultivasi ini
muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan
komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media massa.
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai
agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai
apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Gerber
dan kawan-kawannya melihat bahwa film yang disajikan di televisi mempunyai
sedikit pengaruh tetapi sangat penting di dalam mengubah sikap, kepercayaan, pandangan
penonton yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Asumsi teori
kultivasi dalam West & Turner (2010), yaitu :
- Televisi secara esensi dan fundamental, berbeda dengan
bentuk-bentuk media massa lainnya. Televisi berbeda dengan media lain
karena merupakan media yang dikombinasi dengan gambar dan suara, serta
televisi tidak menggunakan mobilitas dan semua orang dapat menikmatinya
karena lebih mudah untuk mengaksesnya.
- Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari
masyarakat kita.
Asumsi ini menjelaskan televisi memiliki dampak terutama untuk dapat mempengaruhi khalayak. Dimana televisi memiliki fungsi budaya yaitu untuk melakukan stabilisasi dalam pola-pola sosial dalam menguatkan resistensi atas perubahan. - Pengaruh dari televisi terbatas.
Asumsi ini lebih diperjelas dalam analogi zaman es
bahwa “posisi yang menyatakan bahwa telivisi tidak memiliki dampak yang besar
tetapi dapat mempengaruhi penonton melalui dampak-dampak yang berlanjut dan
terbatas.
Mengapa penelitian atas teori perlu dilakukan?
Sebuah
riset komunikasi diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan melalui upaya
mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan atau membentuk teori-teori, konsep,
maupun hipotesis tertentu (Kriyantono,2006, h.5).
Fungsi adanya penelitian teori agenda setting adalah untuk
melihat kondisi media sekarang dimana didominasi kepentingan politik. Hal ini
perlu diteliti guna mengulang kembali pada tahun 1972 dimana teori ini
digunakan untuk meriset efek kampanye presiden di North California. Hasilnya media
cetak terbukti mendukung riset agenda setting , sedangkan media elektronik
hasilnya tidak mendukung. Kurt Lang pada tahun 1983 juga telah melakukan
pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media
memang menjadi variable penentu yang mempengaruhi apa yang dianggap penting dan
dibicarakan public (Kriyantono, 2006, h.225)
Fungsi dari adanya penelitian teori kultivasi ini juga adalah
dapat melihat bagaimana televisi membangun persepsi tentang masyarakat dan
budaya. Dengan melakukan penelitian teori kultivasi ini juga dapat
mengembangkan untuk melakukan analisis-analisis terutama dalam menghasilkan
indeks kekerasan oleh Gerbner (Weat & Turner, 2010, h. 84).
Bagaimana cara melakukan penelitian tersebut?
Agenda setting bisa diteliti dengan menggunakan riset secara
kuantitatif dan kualitatif. Penggabungan ini biasanya untuk mengetahui
bagaimana proses terbentuknya agenda media dan bagaimana pula proses
selanjutnya setelah agenda media mempengaruhi agenda public. Untuk melihat
bagaimana terbentuknya agenda media digunakan teori ekonomi politik media yang
disebut dengan istilah agenda
dynamics (Kriyantono, 2006,
h.232)
Penelitian teori uses and gratification banyak memfokuskan
pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Philip Palmgreen dari Kentucky
University. Dalam hal ini, peneliti menggunakan dasar yang sama yaitu orang
menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu. Namun konsep yang
diteliti oleh Palmgreen ini tidak hanya berhenti pada hal itu, namun juga
mempertanyakan apakah motif-motif khalayak tersebut telah dapat dipenuhi oleh
media. Konsep untuk mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan
GO (Gratification Obtained).
Cara melakukan penelitian teori kultivasi. Terdapat dua tahap
dalam melakukan analisis teori kultivasi menurut Kriyantono (2006, h. 287),
antara lain :
- Mendiskripsikan tayangam yang disampaikan media (media
world) melalui analisis isi secara periodik terhadap tayangan pada periode
waktu tertentu. Hasil dari analisis ini berupa identifikasi terhadap dunia
versi pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi.
- Melakukan studi
survey kepada khalayak tentang TV yang menerpanya. Dimana penonton dibagi
berdasarkan frekuensi menonton dan juga durasi yang dia habiskan dalam
menonton, ada heavy viewer dan high viewer. Dalam melakukan riset
kultivasi juga dapat dilakukan dengan metode eksperimen dengan membagi kedua
kelompok dan menyuguhkan acara televise yang berbeda. Setelah itu,
kelompok tersebut diminta melakukan pendeskripsian tentang pandangan
mereka atas dunia.
Apakah penelitian Agenda Setting dan Uses and gratification
hanya merupakan pelajaran komunikasi Massa ?
Ketiga teori
diatas pada dasarnya merupakan teori khas dari teori yang digunakan dalam
Komunikasi Massa. Teori-teori tersebut mengkaji tentang media. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa teori-teori tersebut juga bisa digunakan di luar area
komunikasi massa.
Teori-teori
tersebut juga bisa digunakan dalam kajian PR, misalkan untuk kegiatan branding.
Daftar
Pustaka:
Kriyantono, R. (2006).Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta:Kencana
Nurudin, (2007). Pengantar Komunikasi
Massa.Jakarta:Rajawali Pers
West,
R & Turner, L.H. (2008). Pengantar
Teori Komunikasi Edisi 3:
Analisis dan Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
Egede, E.A. (2013). Uses and Gratification Theory and the
Optimization of the Media in the Privatization of State Owned Enterprises in
Nigeria. Journal of Economics and Sustainable Development, 4 (16),
202-212.
McCombs, Maxwell (2002). The
Agenda-Setting Role of the Mass Media in the Shaping of Public Opinion. Diakses pada Maret, 18, 2015
Ruggiro, T, E. (2000). Uses and gratifications theory in the
21th century. Mass Communication & Society, 3 (1), 3-37