Selasa, 12 Januari 2016

Proses Membangun Citra

MEMBANGUN CITRA
Citra merupakan hal  terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu, kelompok, organisasi, ataupun perusahaan. Setiap individu, kelompok, ataupun organisasi dapat membangun citranya agar dapat dipandang baik oleh orang lain ataupun masyarakat. Menurut Melewar, (2003); Hatch & Schultz, (1997) citra didalam sebuah organisasi adalah hal yang mengacu pada bagaiamana para pemangku kepentingan didalam sebuah perushaan tersebut dapat memanifestasikan dirinya didalam perusahaan itu sendiri (Gurses & Kilic, 2013)
Citra didalam diri seseorang ataupun sebuah organisasi tidak akan lepas dari sebuah persepsi dari orang lain atau masyarakat. Citra juga dapat dikatakan sebagai kebenaran ataupun kebohongan di dalam diri seseorang ataupun organisasi itu sendiri, karena citra berada diantara realita dan persepsi yang dikontruksikan oleh orang lain ataupun masyarakat (Mayer, 2004).
Maka citra itu sendiri tidak semerta-merta ada begitu saja tetapi didalam sebuah citra terdapat atribut-atribut yang membentuk citra itu sendiri secara umum, selain itu atribut yang ada dalam membentuk sebuah citra juga didukung oleh banyak faktor salah satunyanya adalah stakeholder, jika sebuah organisasi dapat membangun sebuah citra dengan baik maka akan ada hubungan baik antara organisasi dengan stakeholder (stakeholder relations). Kemudian  didalam sebuah organisasi terdapat kelompok-kelompok yang terdiri dari setiap individu-individu, dan citra yang positif dalam perusahan atau organisasi dibangun dan didukung oleh  komunikasi yang baik antar individu didalamnya (internal communication).
Menurut Anggoro (2001) citra atau reputasi yang positif dalam sebuah organisasi jika didalamnya terdiri dari : (1) Terjalin hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat, (2) Terjalin hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, (3) Rasa bangga dalam lingkup organisasi dan khalayak setempat, (4) Menjalin hubungan baik baik eksternal maupun internal dengan masyarakat dan saling pengertian, (5) Meningkatnya loyalitas karyawan kepada perusahaan (Satlita, 2010).

a.     Proses Membangun Citra
Proses merupakan tahapan yang harus dilalui jika kita ingin mewujudkan sesuatu, terutama dalam membangun sebuah citra. Berikut ini adalah sebuah metode atau proses yang dapat digunakan oleh banyak organisasi untuk mengelola atau membentuk sebuah citra (Argenti, 2005, h.87-92):
1.      Lakukan Audit Identitas
Audit Identitas dilakukan agar sebuah perusahaan mendapatkan pemahaman yang dalam mengenai organisasi, untuk mendekatkan realita dari perspektif-perspektif  para manajer di dalam dan mencocokannya dengan persepsi dari konsituen kunci.  Audit Identitas ini dapat didukung dengan berbagai cara dan survey yang dapat dilakukan didalam sebuah perusahaan diantaranya mengulas literatur perusahaan, iklan, peralatan kantor, produk, layanan, dan fasilitas. Selain itu para auditor juga dapat melakukan riset mendalam tentang persepsi-persepsi di antara konstituen-konstituen yang paling penting (Argenti, 2005, h.87).
2.      Tentukan Tujuan Identitas
Memiliki tujuan identitas yang jelas adalah hal yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan. Tujuan dari sebuah perusahaan dapat disamapaikan oleh manajemen senior, dimana manajemen senior harus dapat menjelaskan bagaiamana setiap lini dari perusahaannya dapat berperan aktif dari sebuah tugas yang didelegasikan kepada setiap individu dari sebuah perusahaan. Dengan memiliki tujuan yang jelas dari sebuah perusahaan maka perusahaan tersebut dapat mencapai apa yang diinginkan oleh perusahaan tersebut (Argenti, 2005, h.88). 
3.      Kembangkan Desain dan Nama
Sebuah perusahaan tidak akan pernah lepas dari sebuah nama, merek atau brand, dan logo ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena dengan nama, brand, dan juga logo masyarakat akan mudah mengenali dan mengidentifikasi perusahaan kita.
Tetapi dalam pemberian nama, brand, dan logo juga harus diperhatikan bahwa sebuah perusahaan tidak boleh melakukan pelanggaran merek dagang dan nama. Perusahaan juga perlu memastikan bahwa logo harus merefleksikan realita perusahaan dengan akurat dan harus mempertimbangkan modifikasi-modifikasi jika logo tidak sesui dengan citra perusahaan (Argenti, 2005, h.90).
Brand image untuk sebuah produk di dalam sebuah perusahaan sangatalah penting, brand image ini ada kaiatannya dengan manajemen pemasaran dimana sebuah perusahaan dapat memepertimbangkan beberapa aspek untuk membuat citra produk dan perusahaan tersebut, seperti jumlah penjualan yang ingin dicapai, implementasi produk yang dimana implemantasi produk ini dilakukan diakhir jika produk sudah siap dipasarkan dan control terhadap brand itu sendiri (Park, Whan, Jaworski, Bernard, MacInnis, Deborah, 1986).
Dalam mengembangkan sebuah desain, nama, dan brand sebuah produk dalam melakukan sebuah manajemen konsep brand diantaranya adalah: (1) Pengenalan produk tersebut, (2) Elaborasi produk, disini hal yang difokuskan adalah kepada nilai brand image tersebut, (3) Pertahanan, dimana setelah melewati proses pengenalan dan elaborasi produk maka yang terakhir dilakukan adalah mempertahankan brand didalam lingkungan masyarakat (Park, Whan, Jaworski, Bernard, MacInnis, Deborah, 1986).
4.      Kembangkan Prototipe
Prorotipe digunakan sebuah perusahaan untuk menunjukkan bagaimana citra merek atau brand yang  digunakan didalam produk dalam sebuah perusahaan. Setelah desain akhir dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat didalam sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut harus terus malakukan modifikasi-modifikasi dari nama atau brand agar citra dari produk dapat dipertahankan dengan baik (Argenti, 2005, h.90).
5.      Luncurkan dan Komunikasikan
Setelah tahap-tahap yang dipaparkan mulai dari melakukan Audit Identitas, menentukan Tujuan Identitas, mengembangkan Desain dan Nama, dan mengembangkan Prototipe, maka langkah selanjutkan adalah melakukan peluncuran sebuah produk ataupun kegiatan dari sebuah perusahaan tersebut.
Didalam hal ini peran seorang Public Relations atauu PR sangat dibutuhkan bagaimana PR dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat luas, bagaiamana PR dapat menjelaskan detail dari setiap produk yang dibuat mauapun kegiatan yang dilakukan perushaan untuk masyarakat, dan bagaimana PR dapat menjelaskan strategi di belakang program tersebut (Argenti, 2005, h.91).
6.      Implementasi Program
Proses terakhir yang dilakukan sebuah perusahaan agar citranya dapat dipandang positif oleh masyarakat adalah melakukan implementasi program. Bagaimana sebuah brand dapat diterima dimata masyrakat itu sendiri. Program implementasi identitas itu sendiri merupakan sebuah proses komunikasi yang melibatkan banyak kecerdasan antarpersonal dan sebuah pendekatam yang terkoordinasi untuk berurusan dengan banyak kostituen (Argenti, 2005, h.93).

b.     Faktor Yang Mempengaruhi Proses Membangun Citra
Dalam berdirinya sebuah perusahaan ataupun organisasi tentu didalamnya aka ada banyak hal yang dipertimbangakan dalam membentuk sebuah perusahaan itu sendiri dianataranya hal yang harus diperhatiakan  atau faktor yang mempengaruhi dalam membentuk sebuah citra dalam perusahaan adalah (Argenti, 2005, h.81-86) :
1.      Adanya Visi yang dapat menginspirasi
Visi dari sebuah perusahaan itu sendiri adalah garis umum yang dapat dirasakan semua karyawan, yang meliputi nilai-nilai inti perusahaan, filosofi, standar, dan tujuan dari perusahaan itu sendiri (Argenti, 2005, h.81).
2.      Nama ataupun Logo
Nama atau logo juga menjadi salah satu faktor pendukung yang penting didalam berdirinya sebuah perusahaan ataupun organisasi. Merek atau brand  juga menjadi tag identifikasi yang memungkinkan kita untuk mengukur apa pun yang ada disekitar kita dengan cepat dan mudah. Branding merupakan salah satu kompenen terpenting dari program menejemnen citra (Argenti, 2005, h.82)
3.      Presentasi diri yang konsisten dan terintegrasi
Presentasi diri yang konsisten dan terintegrasi merupakan satu kesatuan dari berbagai unsur yang ada dalam menunjang berdirinya sebuah perusahaan dan terbentuknya citra sebuah perusahaan. Visi dari sebuah perusahaan, merek atau brand, dan juga sikap karyawan harus dapat mempresentasikan sebuah perusahaan, dengan unsur-unsur tersebut maka sebuah perusahaan akan dapat dinilai dalam konsistensi citranya. Apakah perushaan tersebut memiliki citra postif atau negatif (Argenti, 2005, h.86).


c.      Stakeholder Relations
Sebuah perusahann yang memiliki citra positif tentunya juga akan memiliki hubungan baik dengan pemerintah yang ada disekitar perusahaan tersebut.  Hubungan yang baik antara perusahaan dan stakeholder yang ada dapat ditunjukkan dengan cara perusahaan mendukung program yang dicanakan oleh pemerintah tersebut.
Menurut Preece et al (1995) hal yang dapat digunakan oleh sebuah perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan stakeholder atau para pemangku kepentingan adalah adalanya situs iklan, kampanye pemasaran konsumen, dan  pernyataan misi dan sponsorship sosial  hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk mempromosikan citra atau reputasi mereka (Nkempu, 2010).
Menurut Rajshekhar et al (1994) sponsorship merupakan hal yang  digunakan sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan. Semakin, sebuah perusahaan melibatkan sponsorship diberbagai kegiatan pentingnya, terutama dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan pembangunan negara maka semkin baik pula pandangan stakeholder terhadap perusahaan tersebut (Nkempu, 2010).

d.     Internal Communication
Sebuah perusahaan akan dikatakan berhasil jika perusahaan tersebut dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat ataupun menjaga komunikasi didalamnya anatara atasan dan juga bahawan yang disebut dengan internal communication.
Jika didalam sebuah organisasi ataupun perusahaan tidak dapat menjaga komunikasi internalnya dengan baik maka didalam sebuah perusahaan tersebut akan terjadi konflik internal. Yang terjadi biasanya didalam sebuah perusahaan atau organisasi jika terjadi konflik adalah pembagian tugas terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu didalamnya, pendelegasian tugas biasanya menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan benar oleh seuatu perusahaan (Floyd & Lane, 2000).
Kemudian hal yang harus dilakukan sebuah perusahaan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan cara melakukan pembaharuan strategi didalam perusahaan tersebut. diantara banyak strategi yang dapat digunakan salah satu alternatifnya adalah (Floyd & Lane, 2000): (1) Penyebaran Kompetensi, (3) Modifikasi Kompetensi, dan (3) Definisi Kompetensi.
1.      Penyebaran Kompetensi
Menurut Hamel & Prahalad, (1989) ; Levinthal & Maret, (1993); Mehra & Floyd, 1998) definisi kompetesi adalah proses dimana manajer menggunakan sumber daya untuk memperkuat posisi pasar (Floyd & Lane, 2000).
2.      Modifikasi Kompetensi
Menurut Huff et al, (1992) adalah proses dimana manajer mengenali kebutuhan yang diperlukan untuk merubah strategi, memepertayakan strategi tersebut sudah tetaptkah atau belum, dan mendorong munculnya perilaku adaptif (Floyd & Lane, 2000).
3.      Definisi Kompetensi
Definisi Kompetensi adalah subproses terakhir dimana manajer mendorong eksperimen dengan keterampilan baru dan eksplorasi peluang pasar baru (Floyd & Lane, 2000).
Subproses diatas merupakan hal yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk memperbaiki komunikasi internalnya yang mengalami kekacauan. Komunikasi internal yang baik akan mendukung kekompakan dan kerjasama antar tim yang baik dan dapat menunjang citra perusahaan agar semakin baik di kalangan masyarakat. Seperti yang ada disalah satu perusahaan retail yang ada di Yogyakarta dimana pemimpin retail tersebut memebrikan loyalitas tinggi dengan mengusung kosep pemimpin transformatif kepuasan karyawan, perhatian, dan penghargaan selalu diberikan oleh pimpinan kepada para karyawannya. Sehingga karyawannya pun juga memberikan sikap sebaliknya kepada perusahaan yang ditempatinya hal ini membawa dampak yang besar terhadap penjualan produk retail tersebut akan memberikan citra positif di kalangan masyarakat (Faraz & Fatimah, 2014).
  

DAFTAR PUSTAKA
Argenti, Paul A. (2005). Komunikasi Korporat (5th ed). Jakarta: Salemba Humanika
Faraz, N. J & Fatimah, P. L. R. (2014). Assessment of Transformational Leadership, Employees’ Commitment, Job Satisfaction and Organizational Citizenship Behavioral on Retail Business Employee Yogyakarta- Indonesia. International journal of Science Commerce and Humanities, 2 (2), 128-138.
Floyd, S. W & Lane, P. J. (2000). Strategizing Throughout The Organization: Managing Role Conflict in Strategic Renewal. Academy of Management Review, 25 (1), 154-177.
Gurses, S & Kilic, K. C. (2013). Corporate Image Aspect of Corporate Management in Helthcare Industry: Definition, Measurement, and an Empirical Investigation. International Business Research, 6 (12), 31-45.
Mayer, J. D. (2004). The Contemporary Presidency: The Presidency and Image Management: Discipline in Pursuit of Illusion. Presidetial Studies Quarterly, 34 (3), 620-631.
Nkempu, Z. L. (2010). Communication in Image Building in The Experince Industry Case Study: Star Bowling Planet AB. Master of Communication Thesis, 2-65.
Park, Whan C, Jaworski, J Bernard, MacInnis & J Deborah. (1986). Stategic Brand Concept-Image Management. Journal of Marketing, 50 (4), 135-145.
Satlita, L. (2004). Membangun Citra Positif Organisasi Melalui Public Relations.